Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam simbol η.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form)sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada 2 yaitu Sistem Newton dan Sistem Non-Newton. Tipe aliran yang mengikuti Sistem Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser. Ada beberapa istilah dalam Sistem Newton ini :
Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan aliran.
F’/A = η dv/dr
η = (F’/A) / (dv/dr)= F / G
Viskositas η merupakan perbandingan antara Shearing stress F’/A dan Rate of shear dv/dr. Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2.
Sedangkan pada Sistem Non – Newton Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem Non-Newtonian, yaitu : PLASTIS, PSEUDOPLASTIS, dan DILATAN.
1.Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress (atau auakan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir).
U = ( F – f ) / G
U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui (shear stress di atas yield value), sistem plastis akan menyerupai sistem newton
2.Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat, metil selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga tunggal
Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan berantai panjang). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya.
FN = η’ G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton
3. Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam suspensi ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa. Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.
Senin, 08 Februari 2010
Minggu, 07 Februari 2010
DISTILASI UAP (STEAM DISTILATION)
Distilasi uap adalah suatu teknik pemurnian yang digunakan untuk menyaring suatu campuran dari zat-zat tidak bercampur. Distilasi uap ialah tipe khusus atau spesial dari sebuah distilasi (proses pemisahan) untuk suatu bahan yang sensitif terhadap suhu seperti senyawa aromatik yang terdapat didalam minyak atsiri.
Destilsi uap ini dibuat karena terdapatnya masalah dari beberapa senyawa yang terkadang rusak atau molekul molekulnya pecah saat pemanasan dengan suhu tinggi. Dari hal itulah distilasi secara normal tidak lagi memungkinkan digunakan, apalagi untuk bahan bahan yang sensitif terhadap suhu yang tinggi, sehingga digunakanlah uap sebagai salah satu alat pendistilasi.
Dengan adanya penambahan uap atau air ini, banyak molekul molekul yang mendidih dibawah suhu normalnya, dan ini memberikan keuntungan karena memudahkan mendapatkan molekul molekul tersebut. Dengan menambahkan air atau uap, titik didih senyawa mengalami depresi, sehingga mereka dapat menguap pada temperatur yang lebih rendah, lebih baik di bawah temperatur di mana kerusakan molekul menjadi cukup besar.
Pada bahan bahan yang sensitif terhadap panas, distilasi uap ini akan berkolaborasi dengan alat yang disebut vacuum destilasi. Jadi bahan bahan tersebut akan dikondensasi seperti biasa terlebih dahulu hingga memiliki dua fasa yang terdiri dari air dan senyawa organik sehingga memudahkan untuk pemisahannya secara sederhana pada tahap berikutnya.
Prinsip kerja Distilasi Uap adalah ketika campuran dari dua partikel tidak bercampur, cairan ini lalu dipanaskan untuk mengekspose atau meningkatkan permukaan kedua partikel ini ke fase uap. Setiap partikel ini akan mendapatkan tekanan uapnya masing masing sebagai fungsi temperatur seolah-olah partikel lainnya tidak hadir. Akibatnya, tekanan uap dari seluruh sistem meningkat.
Campuran tersebut akan mendidih kira kira ketika jumlah dari tekanan parsial dari campuran dua partikel ini melebihi tekanan atmosfer (kira-kira 101 kPa pada permukaan laut). Dengan cara ini, banyak senyawa organik yang larut dalam air dapat dimurnikan pada suhu di bawah titik di mana terjadinya kerusakan.
Proses destilasi uap sebenarnya bertumpu pada 3 komponen utamanya yaitu retort , kondensor dan pemisah. Proses kerja yang terjadi akan dijelaskan dibawah ini :
a.Retort
Pada bagian retort ini berisi bagian tanaman yang akan didistilasi atau tanaman yang memiliki senyawa yang kita inginkan (aromatik). Uap akan masuk lewat bawah seperti yang ditunjukan (steam in) dan akan masuk melalui lubang lubang kecil yang ada dibawahnya dan mulai memberikan tekanan uap pada tanaman. Setelah itu uap akan melewati retort ini juga tanaman tadi dengan membawa hasil (senyawa yang diinginkan) dengan menjenuhkannya bersama air/ uap. Uap tersebut akan melalui pipa yang akan terhubung dengan kondensor.
b.Kondensor
Air/uap yang membawa hasil tadi nantinya akan didinginkan pada bagian kondensor yang berbentuk tabung yang berisi spiral panjang panjang itu yang berbentuk seperti tabung yang melingkar. Air/uap ini didinginkan oleh air yang mengalir didalam tabung tersebut. Hasil dari kondensor ini berupa 2 fasa yaitu air dan senyawa aktif yang akan keluar dari kondensor secara bergantian sesuai dengan daya grafitasinya masing masing.
c.Seperator / pemisah.
Hasil dari kondensator tadi yang berupa 2 fasa itu akan ditampung pada tabung sepertor ini dan akan bercampur, walaupun nantinya perbedaan fasa ini akan terlihat dengan munculnya senyawa aktif/ zat yang diinginkan dibagian atas sedangkan air dibagian bawah. Setelah dua bagian ini terlihat memisah maka air atau hydrolat akan dibuang melalui bagian bawah tabung seperti ditunjukan (hydrolat from bottom seperation) sedangkan senyawa / zat yang diinginkan diambil dari atas.
Distilasi uap ini biasanya digunakan dalam penyulingan minyak atsiri untuk pembuatan parfum. Caranya sama dengan proses yang telah diuraikan diatas yaitu dengan melewatkan uap pada tanaman yang mengandung minyak atsiri didalam retort.
Distilasi uap juga digunakan dalam prosedur pembuatan senyawa sintetis dari senyawa organik yang kompleks. Eucalyptus minyak dan minyak jeruksebagai salah satu contohnya diperoleh dengan metode ini pada skala industri.
Distilasi uap juga banyak digunakan di kilang-kilang minyak bumi dan petrokimia tanaman di mana distilasi uap ini sering disebut sebagai "penguapan stripping".
Pada intinya distilasi uap ini digunakan sebagai alat untuk mendapatkan suatu senyawa murni dengan hasil yang maksimal dan tingkat kerusakan yang kecil. Distilasi uap ini dipilih karena lebih mudah digunakan juga hemat biaya.
Destilsi uap ini dibuat karena terdapatnya masalah dari beberapa senyawa yang terkadang rusak atau molekul molekulnya pecah saat pemanasan dengan suhu tinggi. Dari hal itulah distilasi secara normal tidak lagi memungkinkan digunakan, apalagi untuk bahan bahan yang sensitif terhadap suhu yang tinggi, sehingga digunakanlah uap sebagai salah satu alat pendistilasi.
Dengan adanya penambahan uap atau air ini, banyak molekul molekul yang mendidih dibawah suhu normalnya, dan ini memberikan keuntungan karena memudahkan mendapatkan molekul molekul tersebut. Dengan menambahkan air atau uap, titik didih senyawa mengalami depresi, sehingga mereka dapat menguap pada temperatur yang lebih rendah, lebih baik di bawah temperatur di mana kerusakan molekul menjadi cukup besar.
Pada bahan bahan yang sensitif terhadap panas, distilasi uap ini akan berkolaborasi dengan alat yang disebut vacuum destilasi. Jadi bahan bahan tersebut akan dikondensasi seperti biasa terlebih dahulu hingga memiliki dua fasa yang terdiri dari air dan senyawa organik sehingga memudahkan untuk pemisahannya secara sederhana pada tahap berikutnya.
Prinsip kerja Distilasi Uap adalah ketika campuran dari dua partikel tidak bercampur, cairan ini lalu dipanaskan untuk mengekspose atau meningkatkan permukaan kedua partikel ini ke fase uap. Setiap partikel ini akan mendapatkan tekanan uapnya masing masing sebagai fungsi temperatur seolah-olah partikel lainnya tidak hadir. Akibatnya, tekanan uap dari seluruh sistem meningkat.
Campuran tersebut akan mendidih kira kira ketika jumlah dari tekanan parsial dari campuran dua partikel ini melebihi tekanan atmosfer (kira-kira 101 kPa pada permukaan laut). Dengan cara ini, banyak senyawa organik yang larut dalam air dapat dimurnikan pada suhu di bawah titik di mana terjadinya kerusakan.
Proses destilasi uap sebenarnya bertumpu pada 3 komponen utamanya yaitu retort , kondensor dan pemisah. Proses kerja yang terjadi akan dijelaskan dibawah ini :
a.Retort
Pada bagian retort ini berisi bagian tanaman yang akan didistilasi atau tanaman yang memiliki senyawa yang kita inginkan (aromatik). Uap akan masuk lewat bawah seperti yang ditunjukan (steam in) dan akan masuk melalui lubang lubang kecil yang ada dibawahnya dan mulai memberikan tekanan uap pada tanaman. Setelah itu uap akan melewati retort ini juga tanaman tadi dengan membawa hasil (senyawa yang diinginkan) dengan menjenuhkannya bersama air/ uap. Uap tersebut akan melalui pipa yang akan terhubung dengan kondensor.
b.Kondensor
Air/uap yang membawa hasil tadi nantinya akan didinginkan pada bagian kondensor yang berbentuk tabung yang berisi spiral panjang panjang itu yang berbentuk seperti tabung yang melingkar. Air/uap ini didinginkan oleh air yang mengalir didalam tabung tersebut. Hasil dari kondensor ini berupa 2 fasa yaitu air dan senyawa aktif yang akan keluar dari kondensor secara bergantian sesuai dengan daya grafitasinya masing masing.
c.Seperator / pemisah.
Hasil dari kondensator tadi yang berupa 2 fasa itu akan ditampung pada tabung sepertor ini dan akan bercampur, walaupun nantinya perbedaan fasa ini akan terlihat dengan munculnya senyawa aktif/ zat yang diinginkan dibagian atas sedangkan air dibagian bawah. Setelah dua bagian ini terlihat memisah maka air atau hydrolat akan dibuang melalui bagian bawah tabung seperti ditunjukan (hydrolat from bottom seperation) sedangkan senyawa / zat yang diinginkan diambil dari atas.
Distilasi uap ini biasanya digunakan dalam penyulingan minyak atsiri untuk pembuatan parfum. Caranya sama dengan proses yang telah diuraikan diatas yaitu dengan melewatkan uap pada tanaman yang mengandung minyak atsiri didalam retort.
Distilasi uap juga digunakan dalam prosedur pembuatan senyawa sintetis dari senyawa organik yang kompleks. Eucalyptus minyak dan minyak jeruksebagai salah satu contohnya diperoleh dengan metode ini pada skala industri.
Distilasi uap juga banyak digunakan di kilang-kilang minyak bumi dan petrokimia tanaman di mana distilasi uap ini sering disebut sebagai "penguapan stripping".
Pada intinya distilasi uap ini digunakan sebagai alat untuk mendapatkan suatu senyawa murni dengan hasil yang maksimal dan tingkat kerusakan yang kecil. Distilasi uap ini dipilih karena lebih mudah digunakan juga hemat biaya.
Teknologi Pengolahan Simplisia Hingga Menjadi Suatu Produk Farmasi
I.Simplisia
simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1.Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2.Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3.Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
Pada blog ini akan dibahas secara mendalam tentang simplisia tanaman obat. Simplisia tanaman termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh : merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut sebgai Piperis albi Fructus. Fructus menunjukkan bagian tanaman yang artinya buah.
Adapun metoda metoda yang harus dilakukan untuk mendapatkan suatu simplisia setelah tanaman / bahan baku telah dipanen (pasca panen). Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a.Penyortiran
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
b.Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian perhatikan air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
c.Penirisan
Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang penjemuran dilakukan selama 4 - 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan.
d.Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e.Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.
f.Penyortiran kering
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
g.Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan.
h.Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan simplisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat mengkontaminasi simplisia tanaman obat . Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
oGudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
oVentilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuk air hujan.
oSuhu gudang tidak melebihi 300C.
oKelembabab udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
oMasuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah.
oMasuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan harus dicegah.
II.Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Ada 8 prinsip dasar dari ekstraksi tanaman ini :
1.Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
2.Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
3.Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
4.Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
5.Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.
6.Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.
7.Ekstraksi Cair – Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
8.Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
III.Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing masing monografi , tiap mL ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cendrung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan. Cairan ekstrak cair dibuat dari ekstrak yang sesuai.
IV.Parameter Ekstrak dan Metoda Penetuan Kandungan
Berdasarkan jenisnya ada 2 jenis parameter yang harus dilakukan terhadap suatu ekstrak :
1.Parameter Spesifik
2.Parameter non Spesifik
Dari parameter spesifik ada beberapa penentuan yang harus dilakukan :
TLC untuk identifikasi, penentuan kadar bahan aktif, pengujian makroskopik dan mikroskopik untuk identifikasi.
Sedangkan parameter non spesifik terdiri dari beberapa penentuan seperti :
Pemeriksaan pengotor organik dan anorganik, penentuan susut pengeringan dan kandungan air, penentuan kadar abu, penentuan serat kasar, penentuan kadar komponen terekstraksi, pemeriksaan residu pestisida.
Parameter spesifik :
-Penentuan Kadar Senyawa Aktif
Penetuan kadar senyawa aktif bisa dilakukan dengan melakukan uji organoleptis, atau melakukan uji warna dengan penambahan suatu reagen. Bisa juga dengan memberikan identitas pada ekstrak tersebut.
Uji organolpetis dilakukan dengan meliht bentuk dan warna ekstrak, lalu dirasa dan di cium aromanya. Uji yang kedua ialah dengan melihat hasil dari uji warnanya setelah penambahan suatu reagen dan melihat kecocokannya pada litelatur yang telah ada.
-Pengujian Makroskopik dan Mikroskopik untuk identifikasi
Pengujian makroskopik dilakukan dengan cara melihat bentuk dan ciri ciri khusus (klasifikasi) dari suatu ekstrak, hal ini dilakukan untuk mengetahui struktur dari ekstrak tersebut. Sedangkan uji mikroskopik dilakukan untuk melihat senyawa senyawa yang terdapat didalam ekstrak tersebut dibawah mikroskop, dengan tujuan agar diketahui kandungan zat apa saja yang terkandungnya berdasarkan bentuk dari yang ditampilkan dalam mikroskop.
Uji ini dilakukan untuk menetapkan standar dari suatu simplisia, agar ketika didapatkan suatu ekstrak yang tidak diketahui dapat diketahui jenisnya dari bentuk makroskopik maupun mikroskopik yang telah ada didalam standarnya.
Parameter non – spesifik
-Penetuan susut pengeringan dan kadar air
Susut pengeringan adalah kehilangan hasil selama proses pengeringan. Pengeringan dilakukan sesuai dengan kebiasaan setempat, seperti cara pengeringan, tempat pengeringan dan perlakuan selama pengeringan.
Rumus yang dipakai dalam perhitungannya adalah :
SK =
Keterangan :BKGb - BKGk / BKGb x 100%
SK = susut pengeringan
BKGb = berat kering sebelum pengeringan
BKGk = berat kering setelah pengeringan
Sedangkan penetuan kadar air ialah penetuan jumlah air yang masih terkandung didalam suatu ekstrak. Biasanya kadar air suatu ekstrak diboleh melebihi 10%. Biasanya metoda yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar air ini ialah dengan metode azeotrop, yaitu dengan cara mendestilasi sample (ekstrak) dengan pelarut yang tidak akan tercampur dengan air, sehingga air dapat diserap bersama dengan pelarut dan nantinya akan dipisahkan antara air dan pelarut dalam kondensor.
-Penetuan senyawa kadar abu
Terdapat 3 jenis penentuan kadar abu :
Kadar abu total : menghitung kadar abu dengan cara pembakaran ekstrak sampai senyawa organiknya hilang lalu dihitung berat sebelum dibakar dan setelah dibakar. Kadar abu total digunakan untuk menentukan baik atau tidaknya suatu proses pengolahan, untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan penetuan nilai zat berkhasiat dalam ekstrak.
Kadar abu tidak larut asam: dilakukan dengan cara melarutkan abu dalam asam klorida 10%. Setelah diaduk kemudian dipanaskan lalu disaring dengan kertas saring lalu dihitung jumlah abu yang tidak larut dalam asamnya.
Kadar abu larut air: dilakukan dengan cara melarutkan abu ke dalam aquadest kemudian disaring. Filtrat kemudiaan dikeringkan dan ditimbang residuya. Abu yang terlarut dalam air ini biasanya digunakan sebagai indeks kandungan.
-Penentuan Kadar komponen yang terkestraksi
Biasanya ui ini dilakukan dengan kromatografi gas. Tujuan dari uji ini untuk melihat senyaw senyawa apa saja yang ikut terekstraksi. Bila terdapat senyawa senyawa yang tidak seharusnya maka ekstrak tersebut masih memiliki pengotor. Jadi uji ini digunakan untuk menjamin tidak ada senyawa senyawa yang lain yang ada didalam ekstrak tersebut selain yang ingin di ekstrak.
-Pemeriksaan residu pestisida
Untuk melihat kandungan sisa pestisida yang mungkin saja terkandung atau terkontaminasi atau dengan tidak sengaja tertambahkan kedalam simplisia dan ikut terekstrak. Uji ini dilakukan untuk mengetahui sekaligus menjamin keamanan dari ekstrak tersebut dari pestisida.
V.Formulasi Bahan Obat Alam
Formulasi bahan obat alam adalah suatu sediaan berkhasiat yang masih berupa sediaan ekstrak dan belum diolah menjadi suatu produk obat. Formulasi bahan obat ini berbeda dengan suatu senyawa kimia obat murni, karena formulasi ini berbentuk ekstrak yang dibuat dari salah satu bagian tanaman dan mengandung berbagai senyawa didalamnya.
Formulasi bahan obat alam ini harus diolah dengan teknologi untuk menjadi suatu sediaan obat. Tujuannya adalah agar memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi ekstrak tersebut dan juga menjaga agar ekstrak tersebut berada dalam suatu sediaan yang stabil dan tidak mudah rusak kandungan berkhasiatnya.
Formulasi bahan obat alam ini dapat dibuat menjadi sediaan padat seperti kapsul atau tablet. Pada umumnya ekstrak yang digunakan bersifat higroskopis maka itu di dalam sediaan kapsul harus dibuat dalam kapsul gelatin lunak. Sifat higroskopis ini juga harus diperhatikan dalam pembuatan tablet, karena bila suhu ruangan tidak dijaga / kelembaban meningkat air akan masuk kedalam ekstrak dan dapat merusak isi dari tablet tersebut maka itu kelembaban dari ekstrak kering tersebut harus dibatasi sampai 5% saja.
Sediaan padat ini sangat menguntungkan karena tidak dapat menimbulkan penguraian, hidrolisis, oksidasi, polimerasi dsb. Sediaan ini bisa saja rusak bila konsentrasi zat aktifnya rendah, atau tidak menggunakan zat pengikat yang baik, tidak terdapat larutan cair didalamnya sehingga harus selalu dihitung aktifitas airnya (aw).
Formulasi bahan obat alam ini juga dapat dibuat dalam sediaan cair, biasanya dibuat dengan menggunakan sediaan ekstrak cair, kental, kering dan tingtur sebagai bahan bakunya dan produknya berupa sirup, drop atau suspensi. Masalah yang sering ditemui pada sediaan ini adalah adanya endapan yang muncul setelah beberapa saat setelah dilarutkan.
Untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan cara membuatnya sama dengan saat membuat ekstraknya, dengan jumlah pelarut yang sama pada saat melakukan ekstraksi. Lalu perubahan pH harus diperhatikan dan menambahkan co-solvent untuk menstabilkan sediaan. Untuk menghindari terjadinya kerusakan juga dapat dilakukan juga dengan melakukan uji organoleptis (bentuk, warna, bau, rasa). Dan juga harus ditambahkan senyawa alkohol untuk menajaga agar sediaan cair ini tidak ditumbuhi mikroba.
simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1.Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2.Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3.Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
Pada blog ini akan dibahas secara mendalam tentang simplisia tanaman obat. Simplisia tanaman termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh : merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama simplisianya disebut sebgai Piperis albi Fructus. Fructus menunjukkan bagian tanaman yang artinya buah.
Adapun metoda metoda yang harus dilakukan untuk mendapatkan suatu simplisia setelah tanaman / bahan baku telah dipanen (pasca panen). Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a.Penyortiran
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
b.Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian perhatikan air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
c.Penirisan
Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang penjemuran dilakukan selama 4 - 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan.
d.Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e.Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.
f.Penyortiran kering
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
g.Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan.
h.Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan simplisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat mengkontaminasi simplisia tanaman obat . Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
oGudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
oVentilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuk air hujan.
oSuhu gudang tidak melebihi 300C.
oKelembabab udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
oMasuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah.
oMasuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan harus dicegah.
II.Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Ada 8 prinsip dasar dari ekstraksi tanaman ini :
1.Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
2.Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
3.Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
4.Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
5.Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.
6.Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.
7.Ekstraksi Cair – Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
8.Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
III.Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing masing monografi , tiap mL ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cendrung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan. Cairan ekstrak cair dibuat dari ekstrak yang sesuai.
IV.Parameter Ekstrak dan Metoda Penetuan Kandungan
Berdasarkan jenisnya ada 2 jenis parameter yang harus dilakukan terhadap suatu ekstrak :
1.Parameter Spesifik
2.Parameter non Spesifik
Dari parameter spesifik ada beberapa penentuan yang harus dilakukan :
TLC untuk identifikasi, penentuan kadar bahan aktif, pengujian makroskopik dan mikroskopik untuk identifikasi.
Sedangkan parameter non spesifik terdiri dari beberapa penentuan seperti :
Pemeriksaan pengotor organik dan anorganik, penentuan susut pengeringan dan kandungan air, penentuan kadar abu, penentuan serat kasar, penentuan kadar komponen terekstraksi, pemeriksaan residu pestisida.
Parameter spesifik :
-Penentuan Kadar Senyawa Aktif
Penetuan kadar senyawa aktif bisa dilakukan dengan melakukan uji organoleptis, atau melakukan uji warna dengan penambahan suatu reagen. Bisa juga dengan memberikan identitas pada ekstrak tersebut.
Uji organolpetis dilakukan dengan meliht bentuk dan warna ekstrak, lalu dirasa dan di cium aromanya. Uji yang kedua ialah dengan melihat hasil dari uji warnanya setelah penambahan suatu reagen dan melihat kecocokannya pada litelatur yang telah ada.
-Pengujian Makroskopik dan Mikroskopik untuk identifikasi
Pengujian makroskopik dilakukan dengan cara melihat bentuk dan ciri ciri khusus (klasifikasi) dari suatu ekstrak, hal ini dilakukan untuk mengetahui struktur dari ekstrak tersebut. Sedangkan uji mikroskopik dilakukan untuk melihat senyawa senyawa yang terdapat didalam ekstrak tersebut dibawah mikroskop, dengan tujuan agar diketahui kandungan zat apa saja yang terkandungnya berdasarkan bentuk dari yang ditampilkan dalam mikroskop.
Uji ini dilakukan untuk menetapkan standar dari suatu simplisia, agar ketika didapatkan suatu ekstrak yang tidak diketahui dapat diketahui jenisnya dari bentuk makroskopik maupun mikroskopik yang telah ada didalam standarnya.
Parameter non – spesifik
-Penetuan susut pengeringan dan kadar air
Susut pengeringan adalah kehilangan hasil selama proses pengeringan. Pengeringan dilakukan sesuai dengan kebiasaan setempat, seperti cara pengeringan, tempat pengeringan dan perlakuan selama pengeringan.
Rumus yang dipakai dalam perhitungannya adalah :
SK =
Keterangan :BKGb - BKGk / BKGb x 100%
SK = susut pengeringan
BKGb = berat kering sebelum pengeringan
BKGk = berat kering setelah pengeringan
Sedangkan penetuan kadar air ialah penetuan jumlah air yang masih terkandung didalam suatu ekstrak. Biasanya kadar air suatu ekstrak diboleh melebihi 10%. Biasanya metoda yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar air ini ialah dengan metode azeotrop, yaitu dengan cara mendestilasi sample (ekstrak) dengan pelarut yang tidak akan tercampur dengan air, sehingga air dapat diserap bersama dengan pelarut dan nantinya akan dipisahkan antara air dan pelarut dalam kondensor.
-Penetuan senyawa kadar abu
Terdapat 3 jenis penentuan kadar abu :
Kadar abu total : menghitung kadar abu dengan cara pembakaran ekstrak sampai senyawa organiknya hilang lalu dihitung berat sebelum dibakar dan setelah dibakar. Kadar abu total digunakan untuk menentukan baik atau tidaknya suatu proses pengolahan, untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan penetuan nilai zat berkhasiat dalam ekstrak.
Kadar abu tidak larut asam: dilakukan dengan cara melarutkan abu dalam asam klorida 10%. Setelah diaduk kemudian dipanaskan lalu disaring dengan kertas saring lalu dihitung jumlah abu yang tidak larut dalam asamnya.
Kadar abu larut air: dilakukan dengan cara melarutkan abu ke dalam aquadest kemudian disaring. Filtrat kemudiaan dikeringkan dan ditimbang residuya. Abu yang terlarut dalam air ini biasanya digunakan sebagai indeks kandungan.
-Penentuan Kadar komponen yang terkestraksi
Biasanya ui ini dilakukan dengan kromatografi gas. Tujuan dari uji ini untuk melihat senyaw senyawa apa saja yang ikut terekstraksi. Bila terdapat senyawa senyawa yang tidak seharusnya maka ekstrak tersebut masih memiliki pengotor. Jadi uji ini digunakan untuk menjamin tidak ada senyawa senyawa yang lain yang ada didalam ekstrak tersebut selain yang ingin di ekstrak.
-Pemeriksaan residu pestisida
Untuk melihat kandungan sisa pestisida yang mungkin saja terkandung atau terkontaminasi atau dengan tidak sengaja tertambahkan kedalam simplisia dan ikut terekstrak. Uji ini dilakukan untuk mengetahui sekaligus menjamin keamanan dari ekstrak tersebut dari pestisida.
V.Formulasi Bahan Obat Alam
Formulasi bahan obat alam adalah suatu sediaan berkhasiat yang masih berupa sediaan ekstrak dan belum diolah menjadi suatu produk obat. Formulasi bahan obat ini berbeda dengan suatu senyawa kimia obat murni, karena formulasi ini berbentuk ekstrak yang dibuat dari salah satu bagian tanaman dan mengandung berbagai senyawa didalamnya.
Formulasi bahan obat alam ini harus diolah dengan teknologi untuk menjadi suatu sediaan obat. Tujuannya adalah agar memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi ekstrak tersebut dan juga menjaga agar ekstrak tersebut berada dalam suatu sediaan yang stabil dan tidak mudah rusak kandungan berkhasiatnya.
Formulasi bahan obat alam ini dapat dibuat menjadi sediaan padat seperti kapsul atau tablet. Pada umumnya ekstrak yang digunakan bersifat higroskopis maka itu di dalam sediaan kapsul harus dibuat dalam kapsul gelatin lunak. Sifat higroskopis ini juga harus diperhatikan dalam pembuatan tablet, karena bila suhu ruangan tidak dijaga / kelembaban meningkat air akan masuk kedalam ekstrak dan dapat merusak isi dari tablet tersebut maka itu kelembaban dari ekstrak kering tersebut harus dibatasi sampai 5% saja.
Sediaan padat ini sangat menguntungkan karena tidak dapat menimbulkan penguraian, hidrolisis, oksidasi, polimerasi dsb. Sediaan ini bisa saja rusak bila konsentrasi zat aktifnya rendah, atau tidak menggunakan zat pengikat yang baik, tidak terdapat larutan cair didalamnya sehingga harus selalu dihitung aktifitas airnya (aw).
Formulasi bahan obat alam ini juga dapat dibuat dalam sediaan cair, biasanya dibuat dengan menggunakan sediaan ekstrak cair, kental, kering dan tingtur sebagai bahan bakunya dan produknya berupa sirup, drop atau suspensi. Masalah yang sering ditemui pada sediaan ini adalah adanya endapan yang muncul setelah beberapa saat setelah dilarutkan.
Untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan cara membuatnya sama dengan saat membuat ekstraknya, dengan jumlah pelarut yang sama pada saat melakukan ekstraksi. Lalu perubahan pH harus diperhatikan dan menambahkan co-solvent untuk menstabilkan sediaan. Untuk menghindari terjadinya kerusakan juga dapat dilakukan juga dengan melakukan uji organoleptis (bentuk, warna, bau, rasa). Dan juga harus ditambahkan senyawa alkohol untuk menajaga agar sediaan cair ini tidak ditumbuhi mikroba.
APLIKASI TEKNOLOGI CHIP – DNA
ABSTRAK
Seluruh gen manusia telah berhasil ditentukan urutan nukleotidanya. Persoalan yang kini dihadapi oleh para ahli biologi molecular adalah melakukan analisis serta menentukan struktur dan fungsi gen serta pemetaan hubungan gen satu dengan lainnya. Analisis ini sangat bermanfaat untuk mengenali lebih jauh mengenai proses normal biokimia dan fisiologi yang terjadi didalam tubuh manusia dan organisme lainnya. Analisis ini juga dapat membantu manusia untuk mengenali keadaan patologi seseorang serta dapat memperkirakan proses tanggapannya terhadap adanyanya rangsang dari luar, misalnya terhadap pemberian obat. Pemahaman tentang sistem kesehatan yang didasarkan pada analisis genomic saat ini melahirkan suatu cabang disiplin ilmu baru yang dinamakan farmakogenomic. Salah satu teknologi utama yang digunakan untuk pengembangannya adalah DNA microarray.
Kata Kunci : analisis, patologi, genomic, farmakogenomic, DNA microarray
PENDAHULUAN
Latar belakang
Melakukan analisis fungsi dan pemetaan hubungan satu dengan lainnya memang sulit dibayangkan. Bagaimana membuat kemungkinan hubungan dari unsur unsur didalam tubuh sebanyak itu. Ini akan menjadi sebuah gambaran yang menarik, karena hal tersebut karena hal tersebut terjadi didalam tubuh manusia. Sehingga memungkinkan bagi manusia untuk dapat lebih memahami secara rinci mengenai peristiwa yang terjadi didalam tubuhnya.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila program ini dikatakan sebagai suatu program ambisius yang sedang dikerjakan oleh manusia mengawali abad 21 ini. Selain itu, mengikuti keberhasilan program secuensing genom ini, juga dilakukan program analisis keragaman genetic individu yang dinamakan Single Nukleotida Polymorphismp (SNP). Keberhasilan program ini akan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia, bahkan bisa jadi akan lebih luas dari perkiraan yang ada saat ini.
Hasilnya, produk dari program ini akan menyediakan data lengkap mengenai karateristik asal manusia yang tersimpan didalam gen – gen yang telah dipetakan tersebut. Data lengkap gen atau data genomic ini akan membuka tabir mengenai keseluruhan proses biokimiawi yang terjadi dalam tubuh manusia yang berpengaruh pada sifat sifatnya. Pengetahuan yang lengkap tentang proses yang terjadi didalam tubuh manusia ini akan dapat merubah paradigma dalam ilmu ilmu yang berkaitan dengan manusia, misalnya ilmu biokimia kesehatan dan psikologi medis.
Adanya pergeseran atau perubahan , baik wujud, saat ataupun jumlah dalam penyediaan protein yang signifikan, akan dapat menimbulkan kelainan atau penyakit. Perbedaam pola penyediaan protein (Ekspensi gen) sebenarnya secara alami terjadi diantara individu. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada dua individu yang memiliki kesamaan dalam pola penyediaan protein tersebut. Namun demikian , perbedaan perbedaan yang ada tersebut masih berada dalam batas kenormalan fungsi secara keseluruhan sehingga masih akan kelihatan kewajarannya.
Perbedaan dalam hal penyediaan protein inilah yang menyebabkan adanya kepastian perbedaan antara orang satu dengan lainnya. Perbedaan perbedaan tersebut dalam kenampakannya (Fenotipe) akan terlihat, misalnya dalam hal bentuk fisik, kecerdasan, emosi, kemampuan dalam hal tertentu (bakat), kepekaan terhadap segala rangsangan, penyakit bawaan, kerentanan terhadap segala pengaruh termasuk obat obatan dan sebagainya. Singkatnya, segala sifat sifat yang melekat pada pribadi sesorang dapat dilacak dari karakter sel selnya dalam penyediaan protein (genotip).(Pikiran Rakyat, 7 Mei 2009).
Perumusan Masalah
Bagaimana cara untuk mendapatkan data pola penyediaan protein dari seseorang dari jumlah gennya yang banyak?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui aplikasi teknologi chip – DNA.
Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ini bermanfaat sebagai sarana informasi mengenai aplikasi chip – DNA agar masyarakat mengetahui manfaat dan aplikasi dari chip – DNA yang dapat menyediakan data dari penyedian protein dalam tubuh kita.
Pembahasan
Ekspresi Gen Sebagai Pola Penyediaan Protein
Suatu materi genetik bernama genom terdiri dari satu set kumpulan gen-gen lengkap makhluk hidup yang dapat menurunkan protein tertentu yang dibutuhkan tubuh. Protein-protein tersebut yang dalam tingkat seluler bekerja secara terorganisasi dan terintegrasi satu dengan yang lainnya hanya tersedia (disintesis) jika dibutuhkan oleh tubuh dan akan segera dihilangkan jika tidak dibutuhkan. Adanya pergeseran atau perubahan baik senyawa dan jumlah protein yang abnormal akan menghasilkan kelainan atau penyakit.
Perbedaan pola penyediaan protein atau yang biasa disebut ekspresi gen, bervariasi antar individu. Namun perbedaan-perbedaan yang ada masih dalam batas kenormalan fungsi sel secara keseluruhan sehingga masih akan kelihatan kewajarannya. Ekspresi gen yang berbeda dalam hal fenotip akan memberikan perbedaan antar individu dalam bentuk fisik, kepekaan terhadap rangsang, penyakit bawaan, dan lain sebagainya. Sedangkan ekspresi gen yang berbeda dalam genotip akan memberikan perbedaan dalam sifat dan karakter seseorang. Bank data genom dapat menyediakan informasi lengkap mengenai segala hal yang berkaitan dengan genotip seseorang. Ekspresi gen dari masing-masing individu akan merujuk pada bank data tersebut.
Aplikasi Teknologi Chip DNA
Pengembangan teknologi baru yang dinamakan chip DNA atau DNA microaray, telah menjanjikan untuk dapat mengatasi persoalan dalam analisis pola pola ekspresi sejumlah besar jumlah gen yang dimiliki manusia. Dinamakan chip DNA karena alat ini menggunakan lempengan kecil (chip) yang terbuat dari kaca yand diatasnya ditata sejumlah ribuan atau bahkan puluhan ribu jenis gen dalam bentuk fragmen DNA hasil penggandaan dari cDNA. Selanjutnya chip yang memuat fragment DNA dari ribuan jenis gen tersebut digunakan untuk menganalisis ekspresi gen dari suatu jenis sel dengan metode hibridisasi. Pola ekspresi genetik dan jenis gen yang dapat dianalisis dengan teknik ini tergantung pada ketersediaan DNA dari gen yang ada pada chip DNA.
Metode DNA microarray memungkinkan untuk menganalisis pola ekspresi genetik global yang mencerminkan sifat tanggapannya terhadap suatu perlakuan (misalnya obat) yang meliputi farmacokinetik, farmakodinamik, dan efek samping. Disamping itu metode ini juga dapat menganalisis dan memperkirakan sifat pola genetik dan tanggapannya pada suatu perlakuan.
Apabila seluruh gen yang dimiliki oleh manusia sudah dikenali kemudian semuanya dapat ditata pada chip DNA maka alat tersebut akan mampu menganalisis ekspresi seluruh gen yang terdapat pada sel manusia. Dalam praktiknya, teknologi ini membutuhkan alat bantu pengolah data yang berupa seperangkat alat komputer beserta softwarenya. Teknologi ini akan membantu manusia dalam mengidentifikasi seluruh sifat yang melekat pada seseorang. Selain itu teknologi ini juga akan dapat membantu manusia melakukan diagnosis, memonitor, dan memprediksi suatu penyakit, menemukan dan mengembangkan obat baru serta menetukan pilihan obat yang paling tepat untuk suatu penyakit dan pasien tertentu.
Manfaat Teknologi Chip DNA Pada Masa Depan
Kurang dari satu dekade lagi, seluruh gen manusia diproyeksikan telah dapat ditata dalam sebuah chip DNA. Sementara itu analisis fungsional seluruh gen tersebut juga segera dapat dilakukan secara serentak sehingga pada tahun berikutnya seluruh proses fisiologis, biokimia dan patofisiologis manusia sudah akan dapat diidentifikasi. Lebih dari itu, teknologi chip DNA yang didasarkan pada fungsional genomik tersebut akan menawarkan suatu paradigma baru dalam diagnosis dan terapi suatu penyakit serta pengembangan dan penemuan obat baru.
Paradigma baru inilah yang selanjutnya melahirkan sebuah disiplin baru yang dinamakan pharmacogenomics. Ilmu pharmacogenomik akan berkembang dengan pesat pada tahun tahun berikutnya, sehingga akan mampu mengidentifikasi sejumlah jenis penyakit yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kelainan ekspresi gen (pola penyediaan protein). Selanjutnya juga akan dapat diidentifikasi mengenai kemungkinan adanya resiko munculnya penyakit penyakit tertentu berdasarkan pola ekspresi gen, seperti misalnya kanker, diabetes, kardiovaskular dan sebagainya.
Pada tahun tahun tersebut juga diperkirakan sudah akan diterapkan terapi gen untuk penyakit penyakit tertentu seperti kanker, jantung , dan hemofilia. Disamping itu penemuan obat baru dengan target yang spesifik juga berkembang dengan sangat pesat. Seluruh jenis obat pada saat itu, telah diketahui pengaruhnya terhadap ekspresi gen – gen tertentu sehingga dapat diketahui khasiatnya serta efek sampingnya dengan lebih jelas.
Pada tahun tahun itu juga akan dilakukan identifikasi pola pola ekspresi gen pada tiap tiap individu juga dengan teknologi chip DNA. Identifikasi genetik individual ini memungkinkan setiap individu untuk memiliki kartu identitas genetik masing masing. Disisi lain kemajuan bidang ilmua bioinformatika yang ditunjang dengan sistem komputerisasinya memungkinkan untuk dapat menganalisis identitas genetik yang dimiliki tiap orang sehingga akan diketahui sifat sifat fenotip.
Penutupan
Pola penyediaan gen atau yang lebih dikenal dengan kata ekspresi gen merupakan suatu kumpulan protein yang membawa informasi genetik tentang suatu mahluk hidup baik itu fenotipe yang berupa fisik, kepekaan terhadap rangsang, penyakit bawaan, dan lain sebagainya dari manusia itu sendiri maupun genotipenya yaitu sifat dan karakter dari manusia itu. Protein protein ini tersusun dari beberapa gen dan berbeda susunannya antar sesama manusia sehingga dibutuhkan teknologi yang dapat membaca pola penyediaan protein ini. Pola penyediaan protein ini diperlukan agar seorang individu dapat mengidentifikasi seluruh sifat yang melekat pada seseorang juga sangat membantu manusia dalam melakukan diagnosis, memonitor dan memprediksi suautu penyakit serta menemukan dan mengembangkan obat baru. Teknologi chip DNA inilah jawaban dari masalah ini. Aplikasi dari teknologi chip DNA ini dapat membantu manusia untuk melihat pola penyediaan proteinnya karena alat ini dilengkapi dengan ribuan jenis fragmen DNA hasil penggandaan cDNa. Fragmen DNA inilah yang nantinya akan menunjukan pola dari penyediaan protein soerang manusia dengan metode hibridasi. Sehingga nantinya setiap individu akan mempunyai data dari pola penyediaan proteinnya sendiri dalam sebuah chip kecil yang bernama chip DNA ini.
Seluruh gen manusia telah berhasil ditentukan urutan nukleotidanya. Persoalan yang kini dihadapi oleh para ahli biologi molecular adalah melakukan analisis serta menentukan struktur dan fungsi gen serta pemetaan hubungan gen satu dengan lainnya. Analisis ini sangat bermanfaat untuk mengenali lebih jauh mengenai proses normal biokimia dan fisiologi yang terjadi didalam tubuh manusia dan organisme lainnya. Analisis ini juga dapat membantu manusia untuk mengenali keadaan patologi seseorang serta dapat memperkirakan proses tanggapannya terhadap adanyanya rangsang dari luar, misalnya terhadap pemberian obat. Pemahaman tentang sistem kesehatan yang didasarkan pada analisis genomic saat ini melahirkan suatu cabang disiplin ilmu baru yang dinamakan farmakogenomic. Salah satu teknologi utama yang digunakan untuk pengembangannya adalah DNA microarray.
Kata Kunci : analisis, patologi, genomic, farmakogenomic, DNA microarray
PENDAHULUAN
Latar belakang
Melakukan analisis fungsi dan pemetaan hubungan satu dengan lainnya memang sulit dibayangkan. Bagaimana membuat kemungkinan hubungan dari unsur unsur didalam tubuh sebanyak itu. Ini akan menjadi sebuah gambaran yang menarik, karena hal tersebut karena hal tersebut terjadi didalam tubuh manusia. Sehingga memungkinkan bagi manusia untuk dapat lebih memahami secara rinci mengenai peristiwa yang terjadi didalam tubuhnya.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila program ini dikatakan sebagai suatu program ambisius yang sedang dikerjakan oleh manusia mengawali abad 21 ini. Selain itu, mengikuti keberhasilan program secuensing genom ini, juga dilakukan program analisis keragaman genetic individu yang dinamakan Single Nukleotida Polymorphismp (SNP). Keberhasilan program ini akan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia, bahkan bisa jadi akan lebih luas dari perkiraan yang ada saat ini.
Hasilnya, produk dari program ini akan menyediakan data lengkap mengenai karateristik asal manusia yang tersimpan didalam gen – gen yang telah dipetakan tersebut. Data lengkap gen atau data genomic ini akan membuka tabir mengenai keseluruhan proses biokimiawi yang terjadi dalam tubuh manusia yang berpengaruh pada sifat sifatnya. Pengetahuan yang lengkap tentang proses yang terjadi didalam tubuh manusia ini akan dapat merubah paradigma dalam ilmu ilmu yang berkaitan dengan manusia, misalnya ilmu biokimia kesehatan dan psikologi medis.
Adanya pergeseran atau perubahan , baik wujud, saat ataupun jumlah dalam penyediaan protein yang signifikan, akan dapat menimbulkan kelainan atau penyakit. Perbedaam pola penyediaan protein (Ekspensi gen) sebenarnya secara alami terjadi diantara individu. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada dua individu yang memiliki kesamaan dalam pola penyediaan protein tersebut. Namun demikian , perbedaan perbedaan yang ada tersebut masih berada dalam batas kenormalan fungsi secara keseluruhan sehingga masih akan kelihatan kewajarannya.
Perbedaan dalam hal penyediaan protein inilah yang menyebabkan adanya kepastian perbedaan antara orang satu dengan lainnya. Perbedaan perbedaan tersebut dalam kenampakannya (Fenotipe) akan terlihat, misalnya dalam hal bentuk fisik, kecerdasan, emosi, kemampuan dalam hal tertentu (bakat), kepekaan terhadap segala rangsangan, penyakit bawaan, kerentanan terhadap segala pengaruh termasuk obat obatan dan sebagainya. Singkatnya, segala sifat sifat yang melekat pada pribadi sesorang dapat dilacak dari karakter sel selnya dalam penyediaan protein (genotip).(Pikiran Rakyat, 7 Mei 2009).
Perumusan Masalah
Bagaimana cara untuk mendapatkan data pola penyediaan protein dari seseorang dari jumlah gennya yang banyak?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui aplikasi teknologi chip – DNA.
Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ini bermanfaat sebagai sarana informasi mengenai aplikasi chip – DNA agar masyarakat mengetahui manfaat dan aplikasi dari chip – DNA yang dapat menyediakan data dari penyedian protein dalam tubuh kita.
Pembahasan
Ekspresi Gen Sebagai Pola Penyediaan Protein
Suatu materi genetik bernama genom terdiri dari satu set kumpulan gen-gen lengkap makhluk hidup yang dapat menurunkan protein tertentu yang dibutuhkan tubuh. Protein-protein tersebut yang dalam tingkat seluler bekerja secara terorganisasi dan terintegrasi satu dengan yang lainnya hanya tersedia (disintesis) jika dibutuhkan oleh tubuh dan akan segera dihilangkan jika tidak dibutuhkan. Adanya pergeseran atau perubahan baik senyawa dan jumlah protein yang abnormal akan menghasilkan kelainan atau penyakit.
Perbedaan pola penyediaan protein atau yang biasa disebut ekspresi gen, bervariasi antar individu. Namun perbedaan-perbedaan yang ada masih dalam batas kenormalan fungsi sel secara keseluruhan sehingga masih akan kelihatan kewajarannya. Ekspresi gen yang berbeda dalam hal fenotip akan memberikan perbedaan antar individu dalam bentuk fisik, kepekaan terhadap rangsang, penyakit bawaan, dan lain sebagainya. Sedangkan ekspresi gen yang berbeda dalam genotip akan memberikan perbedaan dalam sifat dan karakter seseorang. Bank data genom dapat menyediakan informasi lengkap mengenai segala hal yang berkaitan dengan genotip seseorang. Ekspresi gen dari masing-masing individu akan merujuk pada bank data tersebut.
Aplikasi Teknologi Chip DNA
Pengembangan teknologi baru yang dinamakan chip DNA atau DNA microaray, telah menjanjikan untuk dapat mengatasi persoalan dalam analisis pola pola ekspresi sejumlah besar jumlah gen yang dimiliki manusia. Dinamakan chip DNA karena alat ini menggunakan lempengan kecil (chip) yang terbuat dari kaca yand diatasnya ditata sejumlah ribuan atau bahkan puluhan ribu jenis gen dalam bentuk fragmen DNA hasil penggandaan dari cDNA. Selanjutnya chip yang memuat fragment DNA dari ribuan jenis gen tersebut digunakan untuk menganalisis ekspresi gen dari suatu jenis sel dengan metode hibridisasi. Pola ekspresi genetik dan jenis gen yang dapat dianalisis dengan teknik ini tergantung pada ketersediaan DNA dari gen yang ada pada chip DNA.
Metode DNA microarray memungkinkan untuk menganalisis pola ekspresi genetik global yang mencerminkan sifat tanggapannya terhadap suatu perlakuan (misalnya obat) yang meliputi farmacokinetik, farmakodinamik, dan efek samping. Disamping itu metode ini juga dapat menganalisis dan memperkirakan sifat pola genetik dan tanggapannya pada suatu perlakuan.
Apabila seluruh gen yang dimiliki oleh manusia sudah dikenali kemudian semuanya dapat ditata pada chip DNA maka alat tersebut akan mampu menganalisis ekspresi seluruh gen yang terdapat pada sel manusia. Dalam praktiknya, teknologi ini membutuhkan alat bantu pengolah data yang berupa seperangkat alat komputer beserta softwarenya. Teknologi ini akan membantu manusia dalam mengidentifikasi seluruh sifat yang melekat pada seseorang. Selain itu teknologi ini juga akan dapat membantu manusia melakukan diagnosis, memonitor, dan memprediksi suatu penyakit, menemukan dan mengembangkan obat baru serta menetukan pilihan obat yang paling tepat untuk suatu penyakit dan pasien tertentu.
Manfaat Teknologi Chip DNA Pada Masa Depan
Kurang dari satu dekade lagi, seluruh gen manusia diproyeksikan telah dapat ditata dalam sebuah chip DNA. Sementara itu analisis fungsional seluruh gen tersebut juga segera dapat dilakukan secara serentak sehingga pada tahun berikutnya seluruh proses fisiologis, biokimia dan patofisiologis manusia sudah akan dapat diidentifikasi. Lebih dari itu, teknologi chip DNA yang didasarkan pada fungsional genomik tersebut akan menawarkan suatu paradigma baru dalam diagnosis dan terapi suatu penyakit serta pengembangan dan penemuan obat baru.
Paradigma baru inilah yang selanjutnya melahirkan sebuah disiplin baru yang dinamakan pharmacogenomics. Ilmu pharmacogenomik akan berkembang dengan pesat pada tahun tahun berikutnya, sehingga akan mampu mengidentifikasi sejumlah jenis penyakit yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kelainan ekspresi gen (pola penyediaan protein). Selanjutnya juga akan dapat diidentifikasi mengenai kemungkinan adanya resiko munculnya penyakit penyakit tertentu berdasarkan pola ekspresi gen, seperti misalnya kanker, diabetes, kardiovaskular dan sebagainya.
Pada tahun tahun tersebut juga diperkirakan sudah akan diterapkan terapi gen untuk penyakit penyakit tertentu seperti kanker, jantung , dan hemofilia. Disamping itu penemuan obat baru dengan target yang spesifik juga berkembang dengan sangat pesat. Seluruh jenis obat pada saat itu, telah diketahui pengaruhnya terhadap ekspresi gen – gen tertentu sehingga dapat diketahui khasiatnya serta efek sampingnya dengan lebih jelas.
Pada tahun tahun itu juga akan dilakukan identifikasi pola pola ekspresi gen pada tiap tiap individu juga dengan teknologi chip DNA. Identifikasi genetik individual ini memungkinkan setiap individu untuk memiliki kartu identitas genetik masing masing. Disisi lain kemajuan bidang ilmua bioinformatika yang ditunjang dengan sistem komputerisasinya memungkinkan untuk dapat menganalisis identitas genetik yang dimiliki tiap orang sehingga akan diketahui sifat sifat fenotip.
Penutupan
Pola penyediaan gen atau yang lebih dikenal dengan kata ekspresi gen merupakan suatu kumpulan protein yang membawa informasi genetik tentang suatu mahluk hidup baik itu fenotipe yang berupa fisik, kepekaan terhadap rangsang, penyakit bawaan, dan lain sebagainya dari manusia itu sendiri maupun genotipenya yaitu sifat dan karakter dari manusia itu. Protein protein ini tersusun dari beberapa gen dan berbeda susunannya antar sesama manusia sehingga dibutuhkan teknologi yang dapat membaca pola penyediaan protein ini. Pola penyediaan protein ini diperlukan agar seorang individu dapat mengidentifikasi seluruh sifat yang melekat pada seseorang juga sangat membantu manusia dalam melakukan diagnosis, memonitor dan memprediksi suautu penyakit serta menemukan dan mengembangkan obat baru. Teknologi chip DNA inilah jawaban dari masalah ini. Aplikasi dari teknologi chip DNA ini dapat membantu manusia untuk melihat pola penyediaan proteinnya karena alat ini dilengkapi dengan ribuan jenis fragmen DNA hasil penggandaan cDNa. Fragmen DNA inilah yang nantinya akan menunjukan pola dari penyediaan protein soerang manusia dengan metode hibridasi. Sehingga nantinya setiap individu akan mempunyai data dari pola penyediaan proteinnya sendiri dalam sebuah chip kecil yang bernama chip DNA ini.
Sabtu, 06 Februari 2010
Suppositoria
Supositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rektum , berbentuk sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo.
Efek kerja Suppositoria ini ada 2, yaitu efek lokal dan sistemik. Efek lokalnya ialah pelindung jaringan setempat dan efek sistemiknya ialah diserap keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah.
alasan untuk memilih suppositoria bila :
1. obat ybs. tidak dapat diberikan secara oral
2. obat ybs. memberikan bau dan rasa yang tidak sedap
3. Si penderita sudah dalam keadaan yang sangat lemah
4. Diperlukan efek kontak yang lama dalam tubuh
keuntungan memilih sediaan ini ialah : dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung, dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung, obat dapat langsung masuk dalam darah sehingga dapat memberikan efek lebih cepat, baik untuk pasien yang mudah muntash dan tidak sadar.
macam macam suppositoria :
a. supp. rektal --> suppo yang digunakan lewat anus (rektal), berbentuk spt . peluru dan mempunyai berat kurang lebih 2 g (FI ed IV).
b. Vaginal supp (ovula) --> supp. yang digunakan lewat vagina.
c.supp. urethral --> supp yang digunakan lewat uretra, bentuknya batang dengan panjang antara 7 - 14 cm.
dibuat dengan cara mencampurkan bahan obat atau campuran obat dengan bahan dasar (PEG, ol.cacao, minyak nabati) lalu dilumerkan hingga homogen dan tuangkan dalam cetakan yang telah diolesi oleh zat pelicin dan didiamkan hingga dingin. atau dapat juga dikempa dengan menggunakan cetakan secara kempa dingin atau dengan mesin.
Efek kerja Suppositoria ini ada 2, yaitu efek lokal dan sistemik. Efek lokalnya ialah pelindung jaringan setempat dan efek sistemiknya ialah diserap keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah.
alasan untuk memilih suppositoria bila :
1. obat ybs. tidak dapat diberikan secara oral
2. obat ybs. memberikan bau dan rasa yang tidak sedap
3. Si penderita sudah dalam keadaan yang sangat lemah
4. Diperlukan efek kontak yang lama dalam tubuh
keuntungan memilih sediaan ini ialah : dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung, dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung, obat dapat langsung masuk dalam darah sehingga dapat memberikan efek lebih cepat, baik untuk pasien yang mudah muntash dan tidak sadar.
macam macam suppositoria :
a. supp. rektal --> suppo yang digunakan lewat anus (rektal), berbentuk spt . peluru dan mempunyai berat kurang lebih 2 g (FI ed IV).
b. Vaginal supp (ovula) --> supp. yang digunakan lewat vagina.
c.supp. urethral --> supp yang digunakan lewat uretra, bentuknya batang dengan panjang antara 7 - 14 cm.
dibuat dengan cara mencampurkan bahan obat atau campuran obat dengan bahan dasar (PEG, ol.cacao, minyak nabati) lalu dilumerkan hingga homogen dan tuangkan dalam cetakan yang telah diolesi oleh zat pelicin dan didiamkan hingga dingin. atau dapat juga dikempa dengan menggunakan cetakan secara kempa dingin atau dengan mesin.
Sediaan Larutan Non Steril
Larutan ialah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan - bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimaksudkan ke dalam golongan produk lain. Sediaan larutan ada dua yaitu yang steril dan yang non steril. Sediaan larutan yang steril yaitu seperti obat tetes mata , obat tetes telinga, obat tetes hidung, dan suspensi / emulsi. Sedangkan larutan non steril seperti sediaan galenika, air aromatik, larutan fitofarmaka, elixir, suspensi/emulsi non steril.
Sediaan Galenika merupakan sediaan berbentuk larutan dengan bahan berkhasiat berasal dari bahan alam (Ekstrak bahan aktif tumbuhan maupun jeroan binatang) yang dipisahkan atau ditarik dari komponen - komponen lainnya.
sediaan galenika terdiri dari dekoktum, infusum, ekstrak, tinktura. Metoda yang digunakan untuk membuatnya ialah maserasi, infusum, ekstrak, digestion/ maserasi dengan pemanasan.
Air aromatik adalah larutan jenuh minyak atsiri dalam air (FI II) . Air aromatik ini biasanya hanya digunakan sebagai zat tambahan yang bersifat odoris.
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna, dll. biasanya elixir ini merupakan larutan yang mengandung hidroalkohol (air + etil alkohol) yang diberi gula.
suspensi adalah suatu sediaan cair yang mengandung suatu bahan padat (obat padat) , yang tidak dapat melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, / sediaan padat yang berbentuk serbuk halus akan terdispersikan sempurna dengan atau tanpa adanya zat tambahan yang akan terdispersi sempurna juga dalm cairan pembawa. Emulsi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase yang tidak saling melarut seperti air dan minyak, yang dapat larut homogen karena bantuan suatu senawa yang disebut emulgator.
Sediaan Galenika merupakan sediaan berbentuk larutan dengan bahan berkhasiat berasal dari bahan alam (Ekstrak bahan aktif tumbuhan maupun jeroan binatang) yang dipisahkan atau ditarik dari komponen - komponen lainnya.
sediaan galenika terdiri dari dekoktum, infusum, ekstrak, tinktura. Metoda yang digunakan untuk membuatnya ialah maserasi, infusum, ekstrak, digestion/ maserasi dengan pemanasan.
Air aromatik adalah larutan jenuh minyak atsiri dalam air (FI II) . Air aromatik ini biasanya hanya digunakan sebagai zat tambahan yang bersifat odoris.
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna, dll. biasanya elixir ini merupakan larutan yang mengandung hidroalkohol (air + etil alkohol) yang diberi gula.
suspensi adalah suatu sediaan cair yang mengandung suatu bahan padat (obat padat) , yang tidak dapat melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, / sediaan padat yang berbentuk serbuk halus akan terdispersikan sempurna dengan atau tanpa adanya zat tambahan yang akan terdispersi sempurna juga dalm cairan pembawa. Emulsi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase yang tidak saling melarut seperti air dan minyak, yang dapat larut homogen karena bantuan suatu senawa yang disebut emulgator.
Langganan:
Postingan (Atom)